KERAJAAN MAJAPAHIT DAN SEGALA ASPEK-ASPEK NYA

Kerajaan Majapahit dan segala aspek-aspeknya ini dalam beberapa aspek masih banyak mengundang perdebatan, baik dari segi sumber penulisannya sampai kepada upaya-upaya pembelokkan sejarahnya yang masih terjadi hingga saat ini. Banyak website atau blog yang mengulas tentang sejarah Kerajaan Majapahit ini, namun tidak semuanya benar atau valid. Yang lebih memilukan lagi adalah terdapatnya segelintir orang yang mengaku-aku sebagai Raja Majapahit saat ini, padahal bila kita teliti dari sudut keturunannya pun, terlihat melenceng sama sekali.

Tidak dapat dipungkiri bahwa masa akhir Kerajaan Majapahit ini terkesan misterius, hal ini disebabkan karena minimnya sumber informasi yang ada (yang sepertinya memang sengaja dihilangkan oleh pihak-pihak tertentu), termasuk juga telah mulai membiasnya tendensi-tendensi arkeologis, sehingga menyebabkan masa akhir Kerajaan Majapahit ini menjadi semakin kabur dan tidak jelas. Hanya sedikit sekali sumber-sumber (yang dapat dipergunakan sebagai acuan) otentik yang mengisahkan masa akhir Kerajaan Majapahit ini. Namun kesemuanya lebih banyak berupa hikayat dan babad, yang pada akhirnya dapat menimbulkan multi-tafsir serta memicu munculnya perdebatan.

Satu contoh simple, keruntuhan Kerajaan Majapahit banyak ditafsirkan berakhir pada tahun 1478 M hal ini disesuaikan dengan idiom atau sasanti Sirna ilang kertining bhumi. Padahal bila kita tinjau ulang berdasarkan berita-berita perjalanan dari beberapa pedagang asing serta beberapa prasasti batu (yang mungkin tidak populer), dapat disimpulkan bahwa Kerajaan Majapahit masih tetap berdiri atau anggap saja masih eksis hingga tahun 1521 M, namun pusat kerajaannya telah dialihkan atau dipindahkan dari pusat kerajaan yang lama.

Selanjutnya bila kita tinjau lebih dalam lagi, sasanti Sirna ilang kertining bhumi adalah merupakan candrasengakala untuk memperingati kekalahan atau gugurnya Raja Bhre Kertabhumi, dan beliau gugur di kedaton (Istana Majapahit). Jadi kesimpulannya adalah, sasanti Sirna ilang kertining bhumi tersebut bukan merupakan sasanti yang menggambarkan kehancuran Kerajaan Majapahit.

Sekian dahulu tutur saya, di lain kesempatan akan dilanjutkan lagi.

Salam, rahayu, rahayu, rahayu sagung dumadi.

Komentar